Baklak.News, MINUT —Pemerintah Kabupaten Minahasa Utara (Minut) baru saja menuntaskan 2 ivent bertaraf internasional yakni Likupang Tourism Festival (LTF) 2024 dan United Cities Local Government Asia Pacific (UCLG ASPAC).
Menariknya, bersamaan dengan momentum kegiatan yang membahas soal strategi ‘meningkatkan pariwisata berkelanjutan dan ekonomi kreatif melalui kolaborasi Asia Pasifik’ ini, ternyata ada sebuah langkah hebat Bupati Joune JE Ganda, yang terjadi di luar agenda.
Itu adalah sukses menjadi inisiator pertemuan 2 organisasi besar dunia yakni UCLG ASPAC dan CTI-CFF (Coral Triangle Initiative on Coral Reefs, Fisheries, and Food Security) dalam satu forum.
Diketahui, UCLG ASPAC merupakan sebuah organisasi yang beranggotakan kepala daerah se Asia Pasifik, sedangkan CTI-CFF adalah organisasi di bawah naungan PBB yang salah satu tujuannya ialah melindungi ekosistem laut secara berkelanjutan serta mendorong industri yang bertanggung jawab misalnya perikanan dan pariwisata, meningkatkan efektivitas kawasan yang dilindungi dan dikelola laut dan meningkatkan manfaat sosial dan ekonomi dari pemanfaatan sumber daya laut secara berkelanjutan.
“Ini (Pertemuan UCLG ASPAC dan CTI-CFF) terjadi di luar yang sudah kita agendakan, di mana saat kita dipercayakan sebagai tuan rumah UCLG-ASPAC, di waktu bersamaan juga CTI-CFF menggelar kegiatan di Sulawesi Utara, di mana salah satu lokus kegiatannya ada di Kabupaten Minahasa Utara,” ungkap Bupati JG, Senin (10/6/2024).
Karena waktu pelaksanaannya bersamaan, sambung dia, pihaknya selaku tuan rumah UCLG ASPAC mencoba membangun komunikasi dengan CTI-CFF untuk bisa berkolaborasi.
“Puji Tuhan, setelah kedua belah pihak (UCLG ASPAC dan CTI CFF) kita ajak dinner (Makan Malam), ketemulah sebuah kesepakatan di mana pihak CTI CFF siap bergabung di kegiatan UCLG ASPAC, bahkan bersedia jadi salah satu speakers (Narasumber),” bebernya.
Lantas apa untungnya buat masyarakat perihal pertemuan 2 organisasi besar itu?
Ia menyebutkan selain semakin memperkenalkan Kabupaten Minahasa Utara kepada dunia internasional, ada banyak juga keuntungan lain yang dapat dinikmati oleh masyarakat yang sifatnya berkelanjutan.
“UCLG ASPAC adalah organisasi yang keanggotaannya hanya mencakup wilayah Asia Pasifik sementara CTI-CFF bernaung di bawah PBB. Artinya, dengan begini Kabupaten Minahasa Utara tidak hanya jadi atensi negara-negara di Asia Pasifik, namun telah mendunia, sehingga akan sangat menguntungkan kita dari sisi kepariwisataan,” terangnya.
“Di sisi lain, ada beberapa program dua organisasi ini menyangkut sumber daya laut berkelanjutan (Ekonomi Biru) yang digelar di Minahasa Utara di mana hasilnya ke depan akan dinikmati oleh masyarakat Minut itu sendiri,” tambahnya.
Oleh sebab itu, ia mengaku hadirnya UCLG ASPAC dan CTI CFF dalam satu forum yang digelar di salah satu hotel ternama di Likupang 5-7 Juni 2024 lalu, merupakan sebuah kesempatan istimewa bagi Kabupaten Minut.
“Karena ketika program ekonomi biru itu telah dilaksanakan, maka manfaatkan sumber daya laut berkelanjutan akan semakin berpeluang untuk dinikmati oleh masyarakat sehingga pada akhirnya akan memberi dampak pada pertumbuhan ekonomi serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat,” tuturnya.
Bahkan, ia menyebutkan jika hal ini bukanlah sebuah kemustahilan, mengingat pertemuan 2 organisasi besar ini tidak hanya sebatas terjadi dalam ruangan, namun telah ditindaklanjuti lewat action di lapangan yakni penanaman mangrove di desa wisata Palaes, Kecamatan Likupang Barat.
“Jadi, actionnya sudah ada, tinggal bagaimana kita sikapi ini dengan terus melanjutkan apa yang sudah dibuat yakni mempertahankan sumber daya laut dan pesisir guna mengatasi ancaman terhadap ekosistem laut, pesisir dan pulau-pulau kecil dengan berlandaskan pada blue and green economy,” tutupnya.
Ditemui terpisah, Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Minut, Jack Y.R. Paruntu, mengapresiasi langkah hebat yang dibuat Bupati JG yang mampu memanfaatkan peluang dengan mempertemukan UCLG ASPAC dan CTI CFF dalam satu forum.
“Ini sangat penting, apalagi Kabupaten Minut memiliki garis pantai tergolong panjang, bahkan terpanjang di Sulut, sehingga hal-hal yang berhubungan dengan konservasi laut menjadi salah satu yang sangat penting,” ujar Paruntu.
Lanjut dia, dengan adanya kepedulian bersama dalam menjaga ekosistem hayati, termasuk terumbu karang, diharapkan mampu mempertahankan sumber daya laut dan pesisir.
“Dengan begitu, ketersediaan sumber daya laut akan terus terjaga dan boleh dinikmati sampai anak cucu kita,” kunci pejabat yang menjadi salah satu koordinator di acara UCLG ASPAC itu. (*)