Baklak.news— Jual beli foto selfie dengan KTP (kartu tanda penduduk) elektronik sebagai sebagai Non-Fungible Token (NFT), tengah ramai di kalangan warga net.
Padahal jual beli dokumen kependudukan di medis sosial (Medsos) sangat berisiko.
Foto selfie dengan KTP digunakan sebagai NFT, bisa memicu terjadinya penipuan dengan penyalahgunaan identitas.
Jual beli dokumen kependudukan di medsos viral melalui akun facebook @Elon Mask KW. Akun tersebut mem-posting hasil jepretan layar akun Indonesian identity card (KTP) Collection, penjual foto selfie dengan KTP di situs OpenSea.
Direktur Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kementerian Dalam Negeri (Dirjen Dukcapil Kemendagri) Prof Zudan Arif Fakrulloh, selaku penanggung jawab akhir penyelenggaraan administrasi kependudukan di Indonesia, angkat bicara terkait penjualan foto selfie dengan KTP.
“Penjualan data pribadi, khususnya yang bersumber dari dokumen kependudukan seperti KTP-el, dapat merugikan masyarakat luas,” kata Zudan, dilansir dari Laman dukcapil.kemendagri.go.id, Minggu 18 Januari 2022.
Dikatakannya, penjualan data pribadi dapat memicu terjadinya kejahatan berdalih penyalahgunaan identitas.
“Foto dokumen kependudukan yang berisi data-data pribadi dan sudah tersebar sebagai NFT itu, akan sangat memicu terjadinya fraud, penipuan, kejahatan, dan membuka ruang bagi pemulung data untuk memperjual-belikannya di pasar underground,” kata Zudan.
Selain itu katanya, penjualan foto KTP yang berisi data-data pribadi penduduk, baik sebagai NFT atau bukan, merupakan pelanggaran hukum.
Pelakunya dapat dikenai hukuman pidana sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
“Terdapat ancaman pidana penjara paling lama sepuluh tahun dan denda paling banyak satu milyar rupiah. Ini sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 96 dan Pasal 96A Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2013,” kata Zudan.
Zudan menyayangkan tindakan tersebut. Menurutnya, trend bisnis digital, termasuk NFT, harus disikapi positif dan bijaksana oleh masyarakat untuk mewujudkan Indonesia yang semakin kreatif, inovatif, dan hebat.
“Di awal era metaverse ini, semua kalangan harus bersatu-padu, berkolaborasi dan bersinergi untuk menuju Indonesia yang semakin kreatif, inovatif, dan hebat. Agar bisa bersaing dengan negara-negara maju lainnya yang telah menerapkan digitalisasi dalam layanan publik,” kata Zudan.
Bagi berbagai kalangan di Indonesia, bisnis NFT memang tengah menyedot perhatian.
Hal itu menyusul seorang warga negara Indonesia bernama Ghozali, yang berhasil meraup keuntungan miliaran rupiah dari penjualan foto selfienya selama lima tahun berturut-turut sebagai NFT di situs OpenSea.
Terakhir, pemilik akun Ghozali Everyday tersebut, memiliki 933 NFT yang semuanya merupakan foto selfie dirinya.
Harga per satu foto selfie tersebut bervariasi, mulai dari 0,13 Etherum atau sekitar 6 juta rupiah, hingga 0,7 Etherum atau sekitar 31 juta rupiah.
Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia juga tidak kalah bersaing dengan masyarakat di belahan dunia.
Khusunya dalam merespons kemajuan teknologi informasi dan komunikasi.
Indonesia memiliki sumber daya manusia yang unggul dan siap memanfaatkan tren ekonomi baru.
Zudan mengimbau, seluruh masyarakat meningkatkan kesadaran akan pentingnya kerahasiaan data pribadi.
“Edukasi dan sosialisasi kepada masyarakat harus terus dilakukan. Agar masyarakat tidak mudah menampilkan data pribadi di berbagai media, baik online atau pun offline, apalagi menjualnya,” tutup Zudan.