Baklak.news, BOLSEL— Komitmen Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bolaang Mongondow Selatan (Bolsel) menekan angkat stunting lewat berbagai program, membuahkan hasil positif.
Pemerintahan yang dipimpin pasangan Bupati Hi Iskandar Kamaru dan Wabup Deddy Abdul Hamid ini, hingga Desember 2023, berhasil menekan angka stunting sebesar 2,14persen.
Penurunan prevalensi stunting terlihat dalam aplikasi sistem Elektronik Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (e-PPGBM) tahun 2022 hingga 2023, dan aplikasi Web Monitoring Bina Bangda Kemendagri.
Dalam Dua aplikasi tersebut menunjukkan, selang Dua tahun terjadi penurunan prevalensi stunting skala Kabupaten Bolsel dari 5,21persen menjadi 3,07persen.
Dari Tujuh kecematan di Bolsel, Lima di antaranya mengalami penurunan prevalensi stunting. Bahkan, Kecamatan Bolaang Uki dan Pinolosian Timur menunjukkan penurunan signifikan.
Kecamatan Bolaang Uki dari 9,5% (2022) menjadi 4,8% (2023), dan Kecamatan Pinolosian Timur (wilayah Kerja PKM Onggunoi) dari 7,8% (2022) menjadi 1,7% (2023).
Sekretaris Daerah (Sekda) Arvan Ohy mengatakan, prevalensi stunting di Bolsel merupakan hasil kerja keras seluruh jajaran pemerintah daerah melalui program kerja dan kegiatan.
“Program kerja dan kegiatan dilaksanakan perangkat daerah yang termasuk dalam TPPS (Tim Percepatan Penurunan Stunting,red),” kata Sekda Arvan, Senin, 4 Desember 2023.
Program kerja dan kegiatan tuturnya, dibiayai APBD 2023, total anggaran Rp24.785.676.745. Jumlah itu, mencakup intervensi spesifik sebesar Rp1.278.927.200, intervensi sensitif sebesar Rp. 23.329.426.695, dan intervensi koordinatif sebesar Rp. 377.322.830.
Selain itu lanjutnya, upaya penurunan stunting ditopang pemerintah desa se Bolsel melalui pembiayaan APBDes dengan total anggaran di 81 desa sebesar Rp4.656.362.710.
“Keberhasilan penurunan prevalensi stunting di Bolsel juga ditopang oleh peran komunitas, organisasi masyarakat, perusahaan swasta dan masyarakat filantropi melalui program Berkah Tuntaskan Stunting (BTS) yang dilaksanakan sejak awal tahun ini,” tutur Sekda.
“Ada pula program intervensi JRBM untuk stunting di Dua kecamatan daerah lingkar tambang yaitu Kecamatan Pinolosian Tengah dan Pinolosian Timur,” tambahnya.
Akhir tahun 2023 ini kata Sekda, integrasi percepatan penurunan stunting di Bolsel sudah masuk ke aksi 7. Yaitu, Pengukuran dan Publikasi.
Dijelaskannya, tahap aksi 7 ini dilakukan pelaporan hasil pengukuran bayi bawah Lima tahun (Balita) dan bayi bawah Dua tahun (Baduta) yang termasuk kategori stunting pada aplikasi e-PPGBM dan aplikasi Web Monitoring Bina Bangda Kemendagri.
Melihat perkembangan tersebut, Sekda Arvan berharap persentase prevalensi stunting di Bolsel terus menurun hingga mencapai target nasional dalam RPJMN yaitu 14% (pengukuran SSGI) di tahun 2024.
“Kami berharap seluruh pemangku kepentingan di daerah tidak berpuas diri dengan hasil yang telah dicapai. Mari terus bekerja keras bersama-sama satukan langkah gas full mewujudkan penurunan Stunting di Bolsel demi mencapai target nasional,”ujar Sekda.
Lima kecamatan yang mengalami penurunan prevalensi stunting:
1. Kecamatan Posigadan 3.90% (2022) turun menjadi 2.62% (2023)
2. Kecamatan Helumo 5% (2022) turun menjadi 4,3% (2023).
3. Kecamatan Bolaang Uki 9,5% (2022) menjadi 4,8% (2023)
4. Kecamatan Pinolosian 4,6% (2022) menjadi 3% (2023)
5. Kecamatan Pinolosian Timur (wilayah Kerja PKM Dumagin) 3.20% (2022) menjadi 2,2% (2023) dan (wilayah Kerja PKM Onggunoi) 7,8% (2022) menjadi 1,7% (2023). (*)