Baklak.news, BOLSEL— Penderita penyakit Tuberculosis (TBC) atau TB di Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan (Bolsel) terus meningkat, khusunya Tiga tahun terakhir.
Berdasarkan data penemuan penyakit TBC di Dinas Kesehatan (Dinkes) Bolsel yang dilaporkan Sembilan Puskesmas, tahun 2020, ditemukan 121 penderita TBC. Jumlah itu naik menjadi 122 di tahun 2021, kemudian tahun 2022 meningkat menjadi 166 penderita TBC.
Dari jumlah penderita selang tiga tahun, Kecamatan Posigadan menjadi wilayah penyumbang tertinggi kasus TBC di Bolsel.
Tahun 2020, Puskesmas Momalia di Kecamatan Posigadan melaporkan penemuan penderita TBC sebanyak 39 jiwa, tahun 2021 turun diangka 33. Namun, tahun 2022 naik menjadi 43 kasus.
Sedangkan di tahun 2023, terhitung dari Bulan Januari hingga Juni, terdapat 83 kasus. Kecamatan Posigadan masih mendominasi dengan penemuan 26 penderita TBC.
Sementara itu, jika dibandingkan, penyakit yang disebabkan bakteri Mycobacterium tuberculosis ini lebih banyak menyerang laki-laki daripada perempuan.
Tahun 2020, tercatat ada 73 laki-laki di Bolsel mengidap penyakit TBC, sedangkan perempuan 48 jiwa. Tahun 2021, laki-laki berjumlah 80 jiwa, perempuan 42 jiwa. Peningkatan sangat terlihat di tahun 2022, jumlah penderita TBC laki-laki 107 orang, perempuan 59.
Di tahun 2023, dari Bulan Januari sampai Juni, laki-laki masih mendominasi dengan jumlah 53 orang sedangkan perempuan 30 orang.
Terus meningkatnya kasus TBC di Bolsel, Komisi III Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Bolsel minta Dinkes selaku instansi teknis serius melakukan penanganan penyakit tersebut.
“Saya minta Dinas Kesehatan serius menangani kasus TBC di Bolsel. Lakukan strategi pencegahan secara konsisten dan pengomatan secara optimal sehingga penularan bisa dikendalikan dan angka penderita bisa ditekan,” kata Ketua Komisi III DPRD Bolsel Abdul Razak Bunsal, Kamis, 28 September 2023.
Yang paling utama dalam penanganan katanya, meningkatkan pelayanan kesehatan. Apalagi Dinkes memiliki target temuan kasus untuk diobati.
“Yang paling utama tingkatkan pelayanan kesehatan. Petugas medis Bersikap ramah agar pasien merasa nyaman saat berobat. Jangan sampai ada keluhan dari masyarakat terkait pelayanan di Puskesmas maupun rumah sakit daerah apalagi soal pembagian obat-obatan,” kata Bunsal.
“Kemudian, apa yang ditargetkan harusnya dituntaskan karena kasus yang belum ditemukan bisa menjadi sumber penularan,” tambahnya.
Terkait hal tersebut, Kepala Dinkes Bolsel dr Sadli Mokodongan menjelaskan, peningkatan kasus setiap tahun terjadi seiring gencarnya skrining yang dilakukan Puskesmas.
“Jadi dalam program TBC itu ada yang namanya target angka penemuan kasus dari Kemenkes (Kementerian Kesehatan) kepada seluruh kabupaten dan kota,” terang Sadli.
Menurutnya, jika terjadi peningkatan kasus setiap tahun, artinya usaha penemuan penderita TBC oleh Puskesmas semakin baik karena masih banyak kasus di masyarakat yang belum ditemukan.
“Jadi dalam penanganan kasus TBC adalah dengan menemukan sebanyak mungkin kasus, kemudian diobati sampai tuntas,” kata Sadli.
Sadli mengimbau, masyarakat menjalakan pola hidup sehat dan bersih untuk mencegah penyakit yang menular lewat udara ini. Selain itu katanya, segera melakukan pemeriksaan ke fasilitas kesehatan tingkat pertama (FKTP) jika terjadi gangguan kesehatan. “Apalagi jika mengalami batuk yang menetap selama Dua minggu,” imbaunya. (*)