Baklak.News, KOTAMOBAGU – Balai Taman Nasional Bogani Nani Wartabone (TNBNW) dan Yayasan Selamatkan Yaki menggelar lokakarya dengan pemuka agama Islam sekitar Kawasan TNBNW Kabupaten Bolaang Mongondow (Bolmong). Kegiatan ini berlangsung pada Senin, 6 Mei 2024, di Hotel Sutan Raja, Kota Kotamobagu.
Dalam lokakarya yang bertemakan “Moyosingog: Khalifah dan Perlindungan Satwa Liar di Sulawesi Utara,” Kepala Balai TNBNW, Anis Suratin, menjelaskan hubungan antara khalifah dan upaya konservasi. Ia mengutip Surah Ar Rum ayat 41 dari Alquran, menekankan tanggung jawab manusia sebagai khalifah atau di bumi untuk melestarikan lingkungan. “Disinilah tugas manusia sebagai Khalifah di muka bumi. Sebagai agen penyelamat, agen pemakmur, agen pelestari, sekaligus mitra di bumi agar kerusakan lingkungan tidak semakin besar,” ujarnya, melalui telekonferensi.
Suratin berharap peran tokoh agama, imam masjid, dan penyuluh agama di Bolmong dapat menjadi mediator dalam menyampaikan pesan kelestarian alam kepada umat Muslim. “Tujuan utama kegiatan ini adalah membangun kesadaran untuk mengurangi aktivitas yang mengancam satwa liar dan tumbuhan di sekitar taman nasional,” terangnya.
Hal senada diungkapkan Nuhran Soga, Wakil Ketua Pengurus Cabang Nahdatul Ulama (NU) Bolmong. Dengan kerjasama antara pemerintah, lembaga konservasi, dan tokoh agama, diharapkan upaya pelestarian alam di Bolmong dapat semakin diperkuat demi keberlangsungan hidup bersama dan kelestarian lingkungan. “Kegiatan seperti ini sangat penting bagi kami, untuk kembali disampaikan kepada masyarakat,” ungkapnya.
Ia menyatakan dalam islam juga terdapat konsep Rahmatan Lil Alamin, yang tidak hanya sekadar hubungan antar sesama manusia. Itu juga mencakup perlindungan terhadap alam, termasuk hewan dan tumbuhan.
“Dalam Alquran juga disebutkan kerusakan ekosistem akan berdampak negatif bagi manusia,” beber Soga.
Sementara Supervisor program Selamatkan Yaki, Yunita Siwi, menekankan pentingnya keterlibatan banyak pihak, termasuk tokoh agama, dalam melestarikan alam. “Pemuka agama memiliki pengaruh besar dalam menyampaikan pesan konservasi kepada masyarakat,” katanya.
Siwi juga mengungkap, perburuan satwa liar di Bolmong masih terjadi. Tetapi pengrusakan hutan oleh pertanian dan pertambangan merupakan ancaman yang lebih besar di kawasan TNBNW. “Hal ini membuat habitat satwa liar dan tumbuhan di Bolmong terancam,” ujarnya.