BAKLAKNEWS, BOLMONG – Sebuah mobil pikap melintas dari di Jalur Trans Sulawesi Bolaang Mongondow (Bolmong). Mobil pikap di belakangnya telah dimodifikasi dengan kayu agar muatan bertambah. Mobil itu mengangkut satwa liar dan tidak. Angkutan itu akan dibawa ke jalan menuju arah Manado, untuk disuplai ke pasar-pasar yang berada di Sulawesi Utara (Sulut).
Ketika matahari akan terbit, mobil dihentikan tim dari Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sulut dan mitra kerja. Ketika diperiksa pengendara mobil dan sopir cadagangan terlihat lelah. Mereka mengaku menempuh perjalanan jauh dari Raha, Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara (Sultra) hampir 2 pekan.
“Kami dari Raha, lewat jalur darat,” ungkap pengendara, pada 23 Desember 2022.
Hewan seperti tikus pohon, ular piton, babi hutan, kelelawar, kucing, dan anjing diangkut dalam keadaan mati dan diberi sekitar 1,5 ton. Sopir mengaku hewan-hewan itu diambil dari penampung dan masyarakat, kemudian dibekukan sebelum dibawa.
“Di sana (Raha) hewan-hewan itu masih banyak,” jelasnya.
Sopir itu mengaku bahwa mereka tidak sendirian. Masih dari sekitar 10 mobil mengangkut satwa yang berada juga akan menuju tujuan yang sama. “Mobil yang lain berada di belakang,” terangnya.
BKSDA Sulut menggelar patroli dan Razia di beberapa tempat di jalur Tran Sulawesi. Patroli melibatkan Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Bolmong, Polsek Lolak, Masyarakat Mitra Polhut, PPS Tasikoki serta mitra lainnya. Tujuannya meminimalisir perdagangan satwa liar yang masuk ke Sulut.
Kepala Seksi Konservasi Wilayah I BKSDA Sulut, Yakub Ambagau menjelaskan, mendekati perayaan hari besar memang permintaan satwa liar tinggi, meski tiap tahun menurun.
“Operasi ini sudah beberapa kali dilakukan untuk meminimalisir peredaran tumbuhan dan satwa liar ilegal,” terangnya.
Satwa liar dipasok dari lebih banyak berasal dari Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah dan Gorontalo. “Daging-daging satwa liar di Sulut sudah bukan lagi berasal dari Sulut,” ungkapnya.
Pada tahun 2021, patroli serupa mencatat ada sebanyak 10,65 ton daging satwa liar yang berasal dari berbagai provinsi di Sulawesi masuk ke Sulut.
“Nanti kita akan hitung apakah tahun ini terjadi penurunan atau tidak,” kata Yakub.
Daging-daging satwa liar akan dibawa ke pasar pasar juga ke Kawangkoan, Langowan, Modoinding, Motoling, Amurang dan juga Pasar Karombasan,.
“Kecenderungannya paling banyak adalah daging babi hutan, lalu kelelawar, tikus dan ular piton,” kata Yakub.
Beberapa satwa liar yang didapat memang tidak dilindungi. Akan tetapi, jumlah penangkapan pertahunnya dibatasi, dan area penangkapanya di kawasan hutang lindung dan konservasi.
Dari pengamatan di lokasi razia, pengemudi maupun penangkut satwa liar diminta menandatangani surat pernyataan. Dalam razia itu, juga melibatkan dua anjing pelacak yang khusus mendeteksi satwa liar.*