BAKLAK.NEWS, SITARO — Masa reses Anggota DPRD Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro (Sitaro), dr. Vany Tamansa, dimanfaatkan secara optimal dengan agenda menyentuh langsung kebutuhan masyarakat.
Selama 4 hari, mulai Rabu (6/8) hingga Sabtu (9/8), ia melakukan kunjungan ke 2 sekolah serta melaksanakan reses di dua kampung, yaitu Kampung Mohongsawang dan Kampung Mahangiang.
Reses di 2 kampung ini digelar pada hari pertama dan terakhir agenda, yakni Rabu (6/8) di Kampung Mohongsawang dan Sabtu (9/8) di Kampung Mahangiang.

Dalam kegiatan tersebut, dr. Vany, sapaan akrabnya, menyerap berbagai aspirasi masyarakat, terutama terkait infrastruktur dasar, layanan kesehatan, pendidikan, serta pemberdayaan ekonomi lokal.
Tak lupa juga, di sela kegiatan tersebut, ia menaruh perhatian serius terhadap kondisi dunia pendidikan, khususnya sekolah-sekolah yang terdampak bencana maupun mengalami masalah struktural.
Pada Kamis (7/8), ia mengunjungi SD GMIST Sion Lesah, yang menjadi salah satu sekolah terdampak langsung dari erupsi Gunung Ruang pada April 2024.

Dalam tinjauannya, ditemukan bahwa tiga ruang kelas rusak parah, satu diantarnya ambruk, sehingga tidak dapat digunakan, dan memaksa para siswa belajar di bawah tenda darurat yang dibangun secara swadaya dari bambu atau kayu bekas dan beratap seng.
Guru-guru juga mengeluhkan kondisi mebel sekolah seperti meja dan kursi yang banyak mengalami kerusakan.
Keesokan harinya, pada Jumat (8/8), politisi Golkar ini melanjutkan agenda dengan mengunjungi SMP Negeri 1 Tagulandang, yang merupakan almamaternya sendiri.
Sebelum melakukan peninjauan, ia menyempatkan diri untuk menyapa dan memotivasi para siswa agar tetap semangat dalam belajar meski menghadapi berbagai keterbatasan.
“Saya tahu kondisi sekolah kalian sedang tidak ideal, tapi itu bukan alasan untuk menyerah. Justru inilah saatnya kalian membuktikan bahwa semangat belajar tidak bisa dikalahkan oleh keadaan,” ujarnya kepada para siswa.
Dalam peninjauan, ditemukan kerusakan parah pada aula sekolah, serta gedung dua lantai yang sudah tidak digunakan karena dinilai membahayakan keselamatan.
Kerusakan diakibatkan konstruksi yang tidak sesuai standar teknis, seperti besi lantai yang seharusnya masuk dalam coran sudah terlihat di permukaan, dan lantai atas yang mulai runtuh ataupun berjatuhan ke ruang kelas yang ada di bawahnya.
“Ini adalah almamater saya. Sedih rasanya melihat kondisinya sekarang, tapi juga menjadi dorongan kuat bagi saya untuk memperjuangkan agar segera ada perbaikan. Dan saya akan coba upayakan terlebih dahulu adalah aula sekolah, karena saya lihat ini bisa multi fungsi kedepannya,” ucap eks Direktur RSUD Tagulandang itu dengan nada haru.
Usai meninjau kondisi bangunan sekolah, baik di SD maupun di SMP, ia menggelar dialog bersama para guru untuk mendengarkan secara langsung keluhan dan harapan mereka.
Aspirasi yang disampaikan mencakup kebutuhan mendesak akan rehabilitasi bangunan, perbaikan mebel, dan dukungan untuk keberlangsungan proses belajar mengajar yang aman dan nyaman.
Ditegaskannya bahwa kerusakan yang bersifat force majeure harus ditindaklanjuti sesegera mungkin oleh pemerintah daerah.
Sementara itu, kasus kerusakan akibat konstruksi yang buruk harus menjadi bahan evaluasi serius terhadap pelaksanaan proyek infrastruktur pendidikan.
“Aspirasi ini akan saya kawal hingga ke proses kebijakan dan penganggaran. Anak-anak, guru-guru, dan masyarakat kampung semua berhak atas layanan publik yang layak,” tegasnya. (gustap)